Rabu, 21 Oktober 2015

Pulau Mules: Pulau Putri Tidur yang Cantik


Pertama mendengar namanya mungkin terasa agak aneh, Pulau Mules, Pulau sakit perut?Hehehe. Bukan, bukan sakit perut. Mules ini berasal dari bahasa Manggarai “Molas” yang artinya cantik, jadi Pulau Mules berarti Pulau Cantik. Pulau ini terletak di sebelah selatan Pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk dalam Kecamatan Satarmese Barat Kabupaten Manggarai. Sesuai namanya pulau ini memang sangat cantik, dan jika dilihat dari dermaga Dintor-dermaga untuk menyebrang ke Pulau Mules- bentuknya mirip putri yang sedang tidur telentang. Sehingga warga setempat menyebutnya sebagai Pulau Putri tidur.


Sungguh Allah Sangat Merindukan Kita


 “Setiap anak Adam (manusia) pasti sering berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang mau bertaubat.” (HR. Ibnu Majah)
Tidaklah Rasulullah mengatakan sebaik-baik manusia adalah yang tidak pernah bersalah, karena tidak ada manusia yang terjaga dari kesalahan, kecuali para Nabi. Tetapi Rasulullah menegaskan bahwa orang-orang yang bertaubat dan mengakui kesalahan, serta kembali kepada kebenaranlah yang terbaik di antara mereka.
Betapapun besarnya dosa-dosa kita, betapapun banyak kemaksiatan yang telah kita lakukan, Allah Swt., tetap sayang kepada kita. Allah tetap merindukan kita dan memanggil dengan mesra untuk kembali kepada-Nya.
Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kamu berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa-dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani”. (TQS. Az-Zumar[39]:53)

Selasa, 20 Oktober 2015

Sepucuk Surat Pengabdian


Agustus lagi! Ini bulan Agustus ke dua yang aku lalui di tanah Flores. Ya! Bulan ketika aku menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Manggarai, sekaligus bulan ketika aku harus meninggalkannya. Bulan ketika aku memulai pengabdianku, sekaligus bulan ketika aku harus mengakhirinya. Bulan dimana aku bertemu dengan keluarga baru, sekaligus bulan dimana aku harus berpisah dengan mereka. Ah..sudah satu tahun rupanya! Rumput telah mengering, bukit-bukit kembali gersang, pohon kemiri telah berbuah, kopi dan cengkeh siap dipanen. Pemandangan ini sama seperti yang aku lihat satu tahun lalu. Hawa dingin yang aku rasakan pun sama seperti saat pertama kali aku datang. Satu tahun pengabdian akan selesai. Satu tahun kebersamaan akan berakhir. Satu tahun tahap kehidupan akan menjadi kenangan. Apakah aku sudah berbuat baik? Apakah aku sudah bermanfaat?

Jumat, 16 Oktober 2015

Nyanyian Gerhana


8 Oktober 2014. Hampir dua bulan aku berada di tanah Flores. Tapi rasanya, Ah! Aku masih merasa asing di sini. Jam tanganku menunjukkan pukul 18.32 WITA, belum larut memang tapi malam itu terasa sunyi, dingin, tanpa cahaya lampu, hanya sinar senter yang memenuhi ruangan seluas 3x3 yang aku tempati.  Tidak ada hal yang dapat aku lakukan, kosong, sepi. Sepertinya aku ingin pulang saja. Ya, pulang ke rumahku, di Jawa. Argh! Aku harus menyingkirkan keinginan itu.
Akhirnya ku putuskan untuk meninggalkan ruangan itu, meninggalkan kosong, meninggalkan sepi, keluar. Semua gelap, gerhana! Gerhana bulan di tanah Flores. Ku langkahkan kaki mencari Mama-pemilik rumah yang aku tempati-, ku dapati Mama di depan kiosnya yang setengah tertutup ditemani sebatang lilin. Aku memulai obrolan dengannya, obrolan yang tidak penting, mungkin. Sayup-sayup kudengar suara kaleng dan jerigen yang dipukul-pukul berselingan dengan suara anak-anak menyanyikan lagu, lagu yang liriknya tidak begitu jelas. Kupertajam pendengaranku, kurang lebih lirik ini yang aku dengar, “Ooo..oo…oo..oo..ooo..oo..oo..oooo..Jangan ragu dan jangan bimbang….kesuksesan ada di tangan…bapak ibu kami semuanya, mohon doa dan dukungannya…….”